Mobilize Your Body

Mobilize Your Body
Keep Dream On,Caused It Wont Vanished

Monday, February 1, 2010

Home Care stroke

Stroke adalah penyebab kematian kedua di Indonesia dan penyebab utama kecacatan di dunia. Cukup banyak orang di Indonesia dirawat di rumah sakit karena stroke dan komplikasinya. Biasanya stroke menyerang orang yang telah berusia diatas 50 tahun tetapi pada kenyataannya sekarang ini banyak menyerang orang di usia muda bahkan di usia kurang dari 30 tahun.
Stroke terjadi apabila suplai darah ke otak mendadak terhenti. Darah dibawa ke otak melalui pembuluh darah arteri. Arteri ini dapat tersumbat sehingga menyebabkan ischemic stroke (penyumbatan) atau arteri ini dapat pecah dan menyebabkan hemorrhagic stroke (pendarahan). Akibat suplai darah ke otak terganggu maka sel-sel otak tidak lagi menerima oksigen dan sari-sari makanan sehingga terjadilah kematian/kerusakan sel-sel otak. Sel-sel otak yang rusak masih tetap dapat bertahan hidup dalam beberapa saat. Jika penanganan stroke dapat dilakukan sedini dan setepat mungkin maka sel-sel otak yang rusak dapat diselamatkan. Gejala yang dialami seseorang sangat tergantung dari bagian mana dari otak yang mengalami kerusakan dan beberapa besar areanya. Ada beberapa faktor resiko yang menjadi pencetus terjadinya stroke. Tetapi ada faktor resiko yang tidak dapat kita deteksi atau hindari. Hal itu termasuk bertambahnya usia seseorang dan jenis kelamin pria yang cenderung terkena stroke dibandingkan wanita. Walaupun begitu, ada banyak faktor-faktor resiko yang dapat menjadi perhatian kita, diantranya adalah:  Tekanan darah tinggi  Penderita kencing manis  Kadar kolesterol darah yang tinggi  Detak jantung yang tidak teratur (fibrilasi atrium)  Penderita penyakit jantung termasuk serangan jantung  Penderita stroke ringan atau TIA  Pernah stroke sebelumnya  Gaya hidup; kurang aktivitas, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol/konsumsi obat-obatan, stress. Gejala dari stroke sangat tergantung pada bagian otak yang rusak atau tidak mendapat suplai darah. Beberapa gejala umumnya adalah:  Rasa lemah di sisi kanan atau kiri muka, lengan dan kaki  Rasa kesemmutan/kebas di sisi kanan atau kiri muka, lengan dan kaki  Pada saat berbicara suara tidak jelas/pelo  Penglihatan berkurang  Penglihatan ganda  Kurangnya koordinasi pada pikiran dan gerakan tubuh  Merasa pusing disertai salah satu gejala di atas  Sakit kepala terberat yang pernah dirasakan  Hilang kesadaran atau koma Dalam pengobatan stroke di rumah sakit, keadaan jaringan otak akan dimonitor secara ketat karena 20% pasien keadaanya menjadi memburuk beberapa jam sesudahnya setelah mendapatkan serangan stroke. Pengaturan obat dan pengaturan diet makanan yang tepat sangat diperlukan untuk mengontrol faktor-faktor resiko yang ada seperti tekanan darah, kadar gula darah dan kolesterol darah yang tinggi. Selain itu asupan nutrisi yang adekwat juga sangat diperlukan untuk membantu proses penyembuhan sehingga pasien yang tidak dapat menelan makanan dan minuman akan dipasang selang yag dimasukan melalui hidung. Pemulihan setelah terkena stroke adalah proses yang alamiah. Pemulihan membutuhkan waktu, kebanyakan pemulihan terjadi selama 3 bulan sampai 6 bulan pertama, tetapi akan berlanjut terus sampai 2 tahun atau bahkan lebih. Secara umum, proses pemulihan pasien stroke meliputi, pulih hampir sempurna, pulih dengan sedikit kecacatan, dan pasien stroke yang pulih dengan mempunyai kecacatan yang sedang sampai berat yang memerlukan perawatan khusus. Setelah keadaan medis pasien stabil maka program rehabilitasi akan segera dimulai dan terus berlanjut sampai keluar rumah sakit. Tujuan rehabilitasi pada pasien stroke adalah membantu pasien agar dapat mencapai tingkat kemandirian yang maksimal dengan cara mencegah komplikasi dan berperan dalam membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Agar dapat mencapai kemandirian yang optimal, perbaikan kecacatan seperti lumpuh akan lebih optimal dilakukan dalam golden periode (periode emas), yaitu kurun waktu enam bulan pertama pasca serangan stroke. Dengan demikian diperlukan upaya sesegera mungkin melakukan rehabilitasi pasca stroke. Salah satu upaya penanganan rehabilitasi pasien stroke terhadap kondisi kecacatan fisiknya adalah dengan latihan (exercise). Pada umumnya program latihan bagi penderita stroke meliputi ditempat tidur, keluar dari tempat tidur dan diluar tempat tidur (duduk dikursi, belajar berdiri dan belajar berjalan). Pada saat pasien tidak dalam pengawasan rumah sakit lagi, macam-macam program latihan dalam menjaga kondisi pasien harus tetap dilakukan sehingga komplikasi seperti kontraktur sendi, subluksasi dan kaku pada bahu, luka tekan, edema (pembengkakan) pada tangan dan pengecilan otot dapat dihindari. Tindakan seperti latihan gerak sendi dan pengaturan atau pergantian posisi pada saat di tempat tidur merupakan hal yang penting yang patut dilakukan oleh anggota keluarga pasien. Tindakan latihan gerak sendi dapat dilakukan secara aktif (oleh pasien) atau pasif (oleh keluarga) dengan tujuan untuk memelihara setiap persendian agar tidak timbul nyeri dan kaku sendi. Latihan ini juga dapat dikombinasikan dengan tambahan latihan beban (resisted). Latihan ini dapat bermanfaat untuk memelihara atau meningkatkan otot sehingga tidak terjadi pengecilan otot (diuse atrofi). Namun, latihan ini hanya bisa diberikan bilamana kondisi pasien sudah dapat menggerakan lengan dan tungkainya secara aktif. Tindakan pengaturan atau pergantian posisi bermanfaat untuk menghindari luka tekan (dekubitus) dan mencegah pemendekan otot dan ligamen. Pada umumnya dikarenakan fase pemulihan stroke yang cukup lama dan berefek pada terimmobilisasinya pasien, luka tekan pada tonjolan- tonjolan tulang tidak terhindari. Daereah-daerah seperti tulang ekor, punggung, panggul, dan tumit merupakan tempat paling sering untuk terjadinya luka tekan. Hal itu dapat dicegah dengan penggantian posisi pasien saat berbaring ditempat tidur dengan pengaturan posisi miring ke kanan atau kekiri setiap 2 jam sekali atau sebagai alternatif lain dengan penggunaaan alat bantu seperti sarung tangan plastik yang di isi air atau bantal yang berrongga. Yang perlu diperhatikan dalam pengaturan posisi miring terutama ke arah ke sisi yang sakit adalah posisi yang diberikan jangan sampai terjadi penekanan terhadap sendi bahu karena akan terjadi penekanan pada struktur sendi dan akan menyebabkan terjadinya perlengketan atau kaku sendi yang akan menimbulkan nyeri. Untuk mencegah pemendekan otot dan ligamen pada penderita stroke pengaturan posisi saat berbaring diberikan posisi anti rotasi, posisi itu meliputi: o sendi bahu dalam posisi berputar keluar dan sedikit melebar o sendi siku lurus dan dapam posisi keluar o sendi pergelangan tangan dan jari-jari tangan lurus o sendi panggul dalam posisi memutar kedalam o sendi lutut sedikit menekuk o sendi pergelangan kaki menekuk 90 derajat Selain pengaturan posisi berbaring, posisi pada saat duduk di kursi (bila pasien sudah dapat duduk) juga harus diperhatikan. Sikap duduk yang baik untuk pasien stroke adalah: o Bokong dan panggul tidak miring o Badan dalam keadaan bersandar o Bahu lurus dengan panggul o Telapak kaki menapak dilantai o Lengan disangga